Lahat – TAMBANG. Guna memenuhi kebutuhan tenaga listrik PLN Wilayah S2JB (Sumatera Selatan, Jambi, dan Bengkulu), PT Priamanaya Energi telah memulai pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Keban Agung, berkapasitas 2 x 135 Megawatt (MW).

Pembangunan PLTU mulut tambang ini menelan biaya investasi sebesar USD 310 juta, berikut jaringan transmisi 150 Kilovolt (KV) sejauh 20 kilometer. Dijadwalkan, proyek IPP (Independent Power Producer) ini akan mulai beroperasi secara komersial pada 2012.

PLTU Keban Agung 2 x 135 MWTiang pancang pertama pembangunan PLTU Keban Agung sendiri, telah diresmikan Direktur Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi (Dirjen LPE), Jack Purwono, pada Selasa, 7 Juli 2009, di Lahat, Sumatera Selatan (Sumsel). Untuk proyek tersebut, Priamanaya telah menandatangani PPA (Power Purchase Agreement) dengan PT PLN (Persero) selama 30 tahun.

Direktur Priamanaya Energi, Adhi Satriya mengatakan, pendanaan proyek PLTU Keban Agung sebesar USD 310 juta, sepenuhnya berasal dari dalam negeri. Yakni menggunakan dana sendiri, plus dana pinjaman dari sindikasi perbankan dalam negeri dengan lead arranger PT Bank Negara Indonesia (BNI). “Harga jual listrik PLTU Keban Agung ke PLN adalah USD 5 sen per KwH,” ujarnya, Jumat, 10 Juli 2009.

Ditambahkan, PLTU mulut tambang itu akan mendapatkan suplai batubara dari Kuasa Pertambangan (KP) PT Priamanaya Energi dan PT Dizamatra Powerindo. Dua KP seluas 2.000 hektar di Kabupaten Lahat itu memiliki cadangan sebesar 280 juta ton.

PLTU Keban Agung sendiri membutuhkan batubara sebanyak 30 juta ton dalam 30 tahun. Tapi site-nya kami siapkan untuk pembangunan hingga kapasitas 4 x 135 MW,” tutur Susilo Djiwantoro yang juga salah seorang Direktur PT Priamanaya Energi, pada kesempatan yang sama.

Adhi Satriya menambahkan, PLTU Keban Agung akan siap beroperasi secara komersial pada 2012. Tenaga listrik yang dihasilkan sebesar 2 x 112,5 MW, akan dialirkan melalui dua sirkuit T/L 150 KV ke GI Lahat (PLN) sekitar 20 kilometer dari lokasi PLTU. “Biaya pembangunan transmisi itu sekitar USD 2 – 3 juta, tapi kita belum tunjuk kontraktornya,” tutur Adhi.

Menurutnya, pembangunan PLTU Keban Agung berlatar belakang kebutuhan listrik masyarakat Sumsel, Jambi, dan Bengkulu yang terus meningkat. Dalam lima tahun terakhir, pertumbuhan kebutuhan listrik di tiga provinsi itu mencapai rata-rata 11,3% per tahun. Sementara dengan mengandalkan pembangkit berbahan bakar minyak (BBM), menelan biaya sangat besar.

Jika PLTU Keban Agung telah beroperasi, maka dapat diproduksi tenaga listrik 1.890 MWh per tahun. Sedangkan pemakaian batubaranya mencapai 156 ton per jam, atau 1,1 juta ton per tahun. Dengan begitu, dapat menghemat pemakaian BBM sebesar 567 juta liter per tahun (RP 3 triliun per tahun dengan asumsi harga solar Rp 5.300 per liter).

 

Sumber: tambang.co.id